ANGGARAN KAS

Posted on 7:08 PM In:
Pengertian Angaran Kas

        Menurut M Nafarin dalam bukunya “Penganggaran Perusahaan”. Mendefinisikan anggaran sebagai berikut:
”Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun program-program yang telah disahkan. Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu”.

        Menurut  Horgen dalam bukunya “Cost Accounting Amanagerial Emphasis”, adalah sebagai berikut:
“ Anggaran merupakan ciri utama dari kebanyakan sistem pengendalian manajemen kalau di kelola dengan cermat anggaran akan. (a) Membantu perencanaan, (b) Menyediakan kriteria prestasi, dan (c) Meninggkatkan komunikasi dan koordinasi dalam organisasi ”.

        Menurut Munandar, (1985 : hal 1), pengertian anggaran yaitu:
“Budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.”

        Menurut Y. Supriyanto, (1985:227), pengertian anggaran yaitu:
“Budgeting menunjukkan suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan. Pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil-hasil pelaksanaan rencana.”

Pengertian Kas
        Menurut Munawir (1983:14), pengertian kas adalah sebagai berikut:
Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet).
        Pendapat lainnya juga hampir sama di kemukakan oleh: Theodarus M. Tuanakotta, AK, (1982:150) dalam bukunya Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik, yaitu:
Kas dan bank meliputi uang tunai dan simpanan-simpanan di bank yang langsung dapat diuangkan pada setiap saat tanpa mengurangi nilai simpanan tersebut. Kas dapat terdiri dari kas kecil atau dana-dana kas lainnya seperti penerimaan uang tunai dan cek-cek (yang bukan mundur) untuk disetor ke bank keesokan harinya.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapatlah di tarik kesimpulan bahwa kas adalah seluruh uang tunai dan bentuk-bentuk lainnya yang dapat diuangkan setiap saat apabila perusahaan membutuhkan.

Pengertian Anggaran Kas
        Menurut Lukman Syamsudin, dalam bukunya “Manajemen Keuangan Perusahaan” menyatakan bahwa:
“Anggaran kas adalah suatu alat yang dapat digunakan manajer keuangan untuk meramalkan atau memperkirakan kebutuhan-kebutuhan dana jangka pendek dan untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan uang selama periode budget”.

        Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa anggaran kas akan memiliki peranan yang penting dalam mengendalikan kas, dimana kegunaannya terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menambah dana dari sumber-sumber intern dan sekaligus memperkirakan saldo kas pada setiap akhir tahun anggaran yang ditetapkan.

        Dalam menjalankan suatu perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, dibutuhkan suatu efektivitas pengendalian kas terhadap setiap perusahaan dalam kegiatan perusahaannya.
Menurut M. Munandar (1985:311), Anggaran kas adalah:
“Anggaran kas adalah budget yang merencanakan secara lebih terinci tentang semua jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu selama periode tertentu dimasa yang akan datang, baik perubahan yang berupa penerimaan kas maupun yang berupa pengeluaran kas”.

        Hecket, Wilson dan Campbell, (1981:402) dalam bukunya Controllership, tugasnya Akuntan Manajemen, menyatakan definisi dari anggaran kas adalah:
“Anggaran kas adalah merupakan program penjualan dan biaya yang terkoordinasi serta terkorelasikan dengan perubahan-perubahan neraca, penjualan serta pengeluaran yang diperkirakan.”

Menurut Any Agus Kana, (2001: 225) dalam buku Anggaran Perusahaan mengemukakan bahwa :
“Anggaran kas adalah perencanaan posisi kas dalam jangka waktu tertentu yang terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan penerimaan kas (aliran kas masuk) dan perencanaan pengeluaran kas (aliran kas keluar)”.
        Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa anggaran kas adalah gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang bertalian dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi lainnya yang menyebabkan perubahan-perubahan pada posisi kas atau menunjukkan aliran kas pada periode tersebut.

Manfaat Angaran Kas
       Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa anggaran berperan sebagai alat bantu manajemen dalam melakukan perencanaan sumber daya yang akan diperoleh dan digunakan, serta mengendalikan bagaimana sumber tersebut digunakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.

        Anggaran dapat membantu manajemen dalam pengendalian kas, karena anggaran kas memberikan informasi yang berguna tentang pola penerimaan dan pengeluaran kas setiap periode operasi perusahaan,


#
Referensi:
  • Adisaputro, G. 2007. Anggaran Perusahaan 2. Edisi ke-1. Yogyakarta : BPFE.
  • Adisaputro, G. dan Marwan, asri. 1979. Anggaran Perusahaan: Prinsip Mekanisme dan Teknik Penyusunannya. Yogyakarta : bagian penerbitan Universitas Gadjah Mada.
  • Adisaputro, G. dan Yunita, A. 2007. Anggaran Bisnis Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian Laba. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
  • Ahyari, A. 1989. Anggaran Perusahaan: Pendekatan Kuantitatif. Buku 1. Yogyakarta: BPFE.
  • Munandar, M. 2007. Budgeting: Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja. Edisi ke-2. Yogyakarta: BPFE. 
  • Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi ke-3. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
  • Sasongko, C. dan Parulian, S.R. 2010. Anggaran. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
  • Supriyanto, Y. 1995. Anggaran Perusahaan. Edisi ke-1. Yogyakarta : bagian penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.


Tujuan Penyusunan Anggaran Kas

Dengan menyusun anggaran kas perusahaan akan mampu untuk:
  1. Menentukan posisi kas pada berbagai waktu, yaitu dengan memperbandingkan uang kas masuk dengan uang kas keluar. Sehingga saldo kas pada akhir suatu periode akan sama dengan saldo kas awal ditambah penerimaan-penerimaan kas pada suatu periode dan dikurangi pengeluaran-pengeluaran kas pada waktu yang sama.
  2. Memperkirakan kemungkinan terjadinya defisit atau surplus. Defisit terjadi bilamana pemasukan ditambah saldo awal ternyata lebih kecil dari kebutuhan pengeluaran yang harus dibayar. Sebaliknya surplus akan terjadi bilamana pemasukan melebihi pengeluaran, sehingga jumlah saldo akhir periode mengalami peningkatan. Terhadap kemungkinan defisit inilah perusahaan perlu lebih waspada.
  3. Mempersiapkan keputusan pembelanjaan berjangka pendek atau berjangka panjang. Dengan terjadinya defisit kas perusahaan perlu mencari dana tambahan dari sumber yang paling menguntungkan. Sebaliknya dengan adanya surplus yang diketahui lama sebelumnya, dapat dipersiapkan pemilihan alternatif penggunaan yang paling menguntungkan.
  4. Menggunakannya sebagai dasar kebijaksanaan pemberian kredit. Besar kecilnya kas yang tersedia juga menunjukkan kemampuan perusahaan membelanjai modal kerjanya. Kemampuan pembelanjaan modal kerja ini pada gilirannya juga merupakan dasar bagi perusahaan untuk menggunakan kebijakan kredit sebagai upaya meningkatkan volume penjualan.
  5. Menggunakannya sebagai dasar otorisasi dana anggaran yang disediakan. Sesuatu jenis biaya yang sudah dianggarkan perlu diatur penggunaannya lewat mekanisme otorisasi pengeluaran kas. Dengan demikian plafon anggaran tidak akan terlampaui dan sekaligus disesuaikan dengan keadaan likuiditas perusahaan
  6. Anggaran kas yang sudah ada juga berfungsi sebagai dasar penilaian terhadap realisasi pengeluaran kas yang sebenarnya. Dengan demikian varian dalam arus kas masuk maupun kas keluar dapat diketahui yang menjadi penyebabnya.

Dimensi Waktu Perencanaan dan Pengendalian Kas
        Biasanya, perencanaan dan pengendalian kas meliputi tiga dimensi waktu, yaitu budget kas jangka panjang, budget kas jangka pendek, dan budget kas untuk operasional.
  1. Budget kas jangka panjang sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran modal dan rencana laba strategis jangka panjang. Estimasi penerimaan kas (terutama dari penjualan barang atau jasa dan pinjaman) dan estimasi pengeluaran kas (terutama untuk biaya-biaya, pengeluaran modal, dan pembayaran utang) merupakan dasar yang sehat untuk keputusan-keputusan yang menyangkut keuangan, penggunaan kas, dan untuk kredit jangka panjang.
  2. Budget kas jangka pendek sesuai dengan rencana laba taktis jangka pendek. Budget kas jangka pendek memerlukan rencana atau estimasi aliran kas masuk dan kas keluar yang rinci yang secara langsung berkaitan dengan rencana laba tahunan, misalnya estimasi penerimaan kas dari penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk membayar pembelian mesin-mesin dan peralatan yang baru.
  3. Budget kas untuk operasional digunakan oleh perusahaan terutama untuk perencanaan dan pengendalian aliran kas masuk dan keluar berdasarkan kegiatan sehari-hari (day-to-day operation). Tujuan utama budget ini adalah untuk pengendalian kas yang dinamis atas posisi kas dalam rangka meminimalkan biaya bunga dan opportunity cost karena kas yang menganggur.

 Pendekatan Penyusunan Anggaran Kas

        Menurut M. Nafarin (2009:312) terdapat dua pendekatan dalam penyusunan anggaran kas, yaitu : (1) pendekatan kas masuk dan kas keluar, (2) pendekatan akunting keuangan. Pendekatan kas masuk dan kas keluar kadang- kadang disebut juga dengan metode langsung. Pendekatan akunting keuangan kadang-kadang disebut juga dengan metode ikhtisar laba rugi atau metode tak langsung.
  • Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar
Metode ini didasarkan pada analisis naik dan turun kas yang dianggarkan yang mencerminkan semua arus kas masuk dan kas keluar dari anggaran jualan, anggaran biaya/beban, dan anggaran tambahan produk modal. Metode ini sering digunakan untuk anggaran kas jangka pendek sebagai bagian dari rencana laba tahunan. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan pendekatan anggaran kas jangka pendek. Disebut pendekatan anggaran kas jangka pendek, karena biasanya anggaran dengan metode ini dibuat paling lama periodenya setahun. Selama setahun tersebut periode anggaran dibagi dalam tiap triwulan, bulan, minggu, atau hari.

Disebut pendekatan kas masuk dan kas keluar, karena dalam menyusun anggaran kas lebih dahulu ditaksir sumber kas masuk, kemudian ditaksir kas keluar. Setelah itu ditentukan apakah terjadi kelebihan kas atau kekurangan kas. Dikatakan metode langsung karena metode ini langsung secara rinci mengidentifikasi dari transaksi sumber kas atau arus kas masuk dan belanja kas atau arus kas keluar.
  • Pendekatan Akunting Keuangan
Titik tolak dalam pendekatan ini adalah laba bersih diubah dari dasar akrual menjadi dasar kas, artinya disesuaikan dengan perubahan rekening penundaan rekening bukan kas, seperti: beban/biaya terutang, beban/biaya bayar di muka, depresiasi/ penyusutan/ penghapusan/ amortisasi. Pendekatan ini tidak membutuhkan data yang rinci dan lebih sedikit rinciannya tentang arus kas masuk dan arus kas keluar. Metode ini lebih cocok untuk anggaran kas jangka panjang. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan pendekatan anggaran kas jangka panjang. Metode ini dikatakan pendekatan akunting keuangan, karena cara penyusunan anggaran kas berdasarkan ikhtisar laba rugi dan neraca yang dihasilkan akunting keuangan. Oleh karena penyusunan anggaran kas didasarkan ikhtisar laba rugi dan neraca maka disebut metode tak langsung.

Menurut  Ellen Christina et al (2001:188) ada dua pendekatan dalam menyusun anggaran kas, yaitu :

1. Anggaran Kas Jangka Pendek
Anggaran ini merupakan alat operasional pengendalian kas sehari-hari. Jangka waktunya disesuaikan dengan anggaran tahunan. Anggaran kas jangka pendek sesuai dengan rencana laba taktis jangka pendek dan memerlukan rencana atau estimasi aliran kas masuk dan keluar yang rinci, yang secara langsung berkaitan dengan rencana laba tahunan. Sebagai contoh estimasi penerimaan kas dari penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk pembelian mesin-mesin dan peralatan baru. Anggaran kas seperti ini terutama berfungsi sebagai alat pemberian otorisasi kas keluar yang secara terus-menerus disesuaikan dengan arus kas masuk dan situasi keuangan pada umumnya.
2. Anggaran Kas Jangka Panjang
Anggaran ini meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun yang disesuaikan dengan perencanaan perusahaan yang telah disusun. maka jangka waktu anggaran kas jenis ini disesuaikan dengan waktu yang tercakup di dalam corporate plan tersebut. Kegunaannya yang terutama adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan menambah dana dari sumber-sumber intern dan sekaligus memperkirakan saldo kas pada akhir setiap tahun anggaran
Sumber dan Penggunaan Kas

Sumber kas masuk yang utama adalah:
  1. Hasil penjualan produk secara tunai.
  2. Hasil menagih piutang dagang.
  3. Pendapatan lain seperti bunga dari Bank, jasa giro, dividen.
  4. Adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti menjual aktiva yang tidak terpakai.
  5. Adanya penerimaan yang bukan penghasilan, seperti kredit dari Bank, penjualan obligasi dan lain-lain hutang jangka pendek
  6. Penambahan modal sendiri oleh pemilik.
Penggunaan kas keluar yang utama adalah:
  1. Berbagai pembayaran untuk keperluan operasional perusahaan sehari-hari seperti membeli material/bahan baku, membayar gaji, dan upah tenaga kerja, berbagai biaya yang termasuk sebagai biaya overhead pabrik (kecuali depresiasi/amortisasi yang tidak membutuhkan kas) biaya-biaya penjualan dan biaya administratif.
  2. Pembayaran pada para kreditur, baik berupa bunga maupun angsurannya.
  3. Penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap.
  4. Pembayaran pada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau pengembalian modal.
  5. Pembayaran pada pemerintah seperti membayar pajak, cukai, meterai, restitusi, Ipeda dan lain-lain.
        Saldo kas pada akhir suatu periode (Bulanan/Triwulan/Tahunan) akan sama dengan saldo kas awal ditambah seluruh penerimaan dikurangi seluruh pengeluaran yang terjadi pada periode bersangkutan. Bilamana penerimaan melebihi pengeluarannya, maka saldo kas akhir akan meningkat. Sebaliknya bila pengeluarannya melebihi penerimaan, maka saldo kas akhir menurun, bahkan mungkin terjadi defisit kas.

        Karena anggaran kas seperti yang diuraikan diatas disusun dengan memperkirakan seluruh penerimaan dan seluruh pengeluaran yang terjadi pada sesuatu periode, maka metode anggaran kas seperti ini disebut Metode Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Cash Receipts and Distribursements Method).

        Secara ringkas sumber kas masuk dan penggunaan kas keluar sebagaimana terlihat pada tabel berikut:



Manfaat Laporan Sumber dan Penggunaan Kas
        Laporan sumber dan penggunaan kas ini sangat penting, karena dapat dipergunakan sebagai dasar dalam merencanakan kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa yang akan datang.

        Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan cash flow ini akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga.Selain itu kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Karena kas merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, sehingga semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Oleh karena itu, kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannya maupun penggunaannya.


Anggaran Kas Jangka Pendek

        Anggaran kas jangka pendek umumnya disusun dengan cara menulusuri jejak berbagai kegiatan perusahaan yang mengakibatkan terjadinya arus fisik masuk dan arus fisik keluar. Arus balik dari jejak arus fisik yang masuk akan mengakibatkan terjadinya arus kas keluar. Demikian pula sebaliknya arus balik dari jejak berbagai arus fisik keluar akan mengakibatkan terjadinya arus kas masuk.

        Skema berikut ini akan memberikan gambaran yang  jelas adanya berbagai keluar dan masuknya arus kas dan arus fisik.
Skema Arus Fisik dan Arus Kas

        Dalam skema tersebut terlihat adanya empat pihak  yang sekaligus  menjadi penyalur dana dan penerima dana. Mereka itu adalah:
  1. Perusahaan yang melaksanakan proses produksi barang/jasa sebagai pihak pertama dan pengambil inisiatif atas terjadinya keseluruhan arus kas dan arus fisik dalam keseluruhan sistem itu
  2. Para rekanan/pemilik faktor produksi; yang bergerak dalam pasaran faktor produksi dan pengambil inisiatif atas terjadinya keseluruhan arus kas dan arus fisik dalam keseluruhan sistem itu
  3. Konsumen/pembeli produk perusahaan merupakan pihak yang membutuhkan produk perusahaan untuk dikonsumsikan sendiri atau dijual kembali
  4. Pemilik dana/pemerintah adalah sebagai pihak yang mempercayakan modalnya untuk digunakan oleh perusahaan
        Di antara keempat pihak yang membentuk sistem itu terjadilah arus fisik maupun arus kas  yang  merupakan  arus masuk maupun arus keluar di antara mereka satu sama lain. Arus fisik masuk terjadi pada saat perusahaan membeli berbagai faktor produksi yang dibutuhkannya, dan sebagai gantinya terjadi arus kas keluar pada saat perusahaan membayar faktor produksi yang digunakannya dalam proses produksi. Arus fisik keluar terjadi pada saat perusahaan berhasil menjual produknya pada pembeli/konsumen, sebagai gantinya terjadi arus kas masuk pada saat pembeli membayar harga pokok yang dibelinya. Arus kas masuk dan arus kas keluar yang terjadi diantara rekanan, perusahaan, dan konsumen membentuk transaksi rutin atau transaksi operasional yang sifatnya kontinu.

        Di antara perusahaan, Pemilik Modal dan Pemerintah hanya terjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk terjadi pada saat pemilik dan kreditur menyerahkan modalnya pada perusahaan sebagai penyertaan atau sebagai kredit, sedangkan arus kas keluar terjadi pada saat perusahaan membayar kewajiban dalam bentuk pajak,restitusi, bea meterai dan sebagainya pada Pemerintah. Transaksi ini disebut transaksi keuangan yang sifatnya terputus-putus (internittent).

        Dengan memahami berbagai kegiatan yang terjadi diantara empat pihak inilah perusahaan akan mampu memperkirakan baik jumlah maupun waktu terjadinya arus kas masuk dan arus kas keluar, baik yang bersifat operasional maupun yang berupa transaksi keuangan. Hasil perekaman arus kas masuk dan arus kas keluar ini kita sebut anggaran kas.

Contoh Kasus Anggaran Kas Jangka Pendek
        Berikut ini adalah data yang dimiliki PT LARA yang dikumpulkan untuk melakukan penyusunan anggaran kas tahunan, pada semester 1 Tahun 20XX:
  • Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun 20XX
  • Sejak beroperasi, perusahaan selain menjual secara tunai, juga menjual secara kredit. Adapun komposisi penjualannya adalah:
  1. Sebesar 60% dari total penjualan adalah penjualan tunai dan sisanya adalah penjualan kredit. Untuk penjualan tunai manajemen menetapkan akan memberikan potongan harga sebesar 10%.
  2. Untuk penjualan kredit; manajemen memberlakukan term of payment 5/10, n/60. Dari penjualan kredit diperkirakan sebesar 60%  akan memanfaatkan periode potongan, sedangkan sisanya tidak memanfaatkan periode potongan. Dari pembeli yang tidak memanfaatkan potongan, 50%-nya kaan membayar pada bulan transaksi dan sisanya akan membayar pada bulan berikutnya.
  3. Diperkirakan besarnya piutang tak tertagih (bad debt) adalah 5% dari penjualan kredit.
  • Besarnya Cash Opname awal Tahun 20XX adalah Rp 10.000.000,-
  • Perusahaan melakukan pembelian bahan baku yang merencanakan akan dibayar 30% secara tunai dan 70% dibayar bulan berikutnya. Adapun pembelian yang dilakukan adalah:

  • Hutang jatuh tempo yang harus dibayarkan adalah januari Rp 2.500.000,- , Maret Rp 1.000.000,- ,dan Juni Rp 3.000.000,-
Dari data tersebut, diminta:
  1. Menyusun skedul pengumpulan piutang untuk triwulan 1 tahun 20XX. Sertakan persiapan perhitungannya.
  2. Menyusun skedul penerimaan kas untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
  3. Menyusun skedul pengeluaran kas untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
  4. Menyusun skedul kas sementara untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
Penyelesaian Kasus : Anggaran Kas Tahunan (Jangka Pendek)
a)   Penjualan Menurut Bentuk Pembayaran & Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
PT LARA
Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Triwulan 1 Tahun 20XX


Keterangan Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai :
  1. Total penjualan : dari data Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun 20XX
  2. Penjualan Tunai (60%): Total Penjualan x 0,6 (penjualan tunai 60%). Misal, pada bulan Januari (Rp 15.000.000 x 0.6= Rp 9.000.000).
  3. Potongan Penjualan Tunai (10%): Hasil dari penjualan Tunai x 0.1 (Pot. Penj. Tunai ). Misal, pada bulan Januari (Rp 9.000.000 x 0.1= Rp 900.000).      
  4. Penjualan Tunai Neto: Hasil dari penjualan tunai ˗ hasil dari pot.penjualan tunai.Misal, pada bulan Januari (Rp 9.000.000 – Rp 9.00.000= Rp 8.100.000).
  5. Penjualan Kredit (40%): Total penjualan x 0.4 (penjualan kredit 40%). Misal, pada bulan Januari (Rp 15.000.000 x 0.4 = Rp 6.000.000).
  6. Bad Debt (5%): Hasil dari penjualan kredit x 0.05 (bad debt 5%). Misal, pada bulan Januari (Rp 6.000.000 x 0.05= Rp 300.000).
  7. Piutang Neto: Hasil dari penjualan kredit – bad debt. Misal, pada bulan Januari (Rp 6.000.000 – Rp 300.000= Rp 5.700.000) .

b)   Skedul Pengumpulan Piutang / Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit
PT LARA
Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit:
  1. Piutang Neto didapat dari data pada Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
  2. Piutang yang mendapat hak discount (60%): Piutang Neto x 0,6 (hak discount). Misal, Pada bulan Januari (Rp 5.700.000 x 0,6= Rp3.420.000).
  3. Discount 5%: Piutang yang mendapat hak discount x 0.05 (discount). Misal, pada bulan Januari (Rp 3.420.000 x 0.05 = Rp 171.000).
  4. Piutang tidak mendapat discount (40%): Piutang neto x 0.4 (piutang tidak mendapat discount).  Misal, pada bulan Januari (Rp 5.700.000 x 0,4= Rp 2.280.000).
  5. Piutang yang tidak mendapat discount dilunasi: Hasil dari piutang tidak mendapat discount x 0,5 (pelunasan 50%).Misal, pada bulan Januari (Rp 2.280.000 x 0.5= Rp 1.140.000).
  6. Total Pengumpulan Piutang: Piutang neto + piutang tidak mendapat discount. Misal, pada bulan Januari (Rp 3.249.000 + Rp 1.140.000= Rp 4.389.000).
c) Anggaran Penerimaan Kas
PT LARA
Anggaran Penerimaan Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Anggaran Penerimaan Kas:
  1. Penjualan Tunai Neto (dari data Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai)
  2. Piutang (dari data Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit)
d) Anggaran Pengeluaran Kas
PT LARA
Anggaran Pengeluaran Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX


Keterangan Anggaran Pengeluaran Kas:
  1. Pembelian bahan baku tunai: Data pembelian bahan baku x 0,3 (dari perencanaan pembelian bahan baku 30% secara tunai). Misal, pada bulan Januari (Rp 5.000.000 x 0,3 = Rp 1.500.000)
  2. Pembelian bahan baku kredit: Data pembelian bahan baku x 0,7 (dari perencanaan pembelian bahan baku 70% secara kredit dibayar bulan berikutnya). Misal, pada bulan Februari (Rp 5.000.000 x 0,7 = Rp 3.500.000)
  3. Pembayaran hutang: Data didapat dari soal bahwa Januari sebesar Rp 2.500.000 , Maret Rp 1.000.000 , dan Juni Rp 3.000.000.
e) Anggaran Kas
PT LARA
Anggaran Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Anggaran Kas :
  1. Kas tersedia: Saldo kas awal + penerimaan kas. Misal, pada bulan Januari (Rp 10.000.000 + Rp 12.489.000 =Rp22.489.000)
  2. Saldo kas akhir: Kas tersedia – pengeluaran kas. Misal, pada bulan Januari (Rp 22.489.000 – Rp 4.000.000 = Rp 18.489.000)

 Anggaran Kas Jangka Panjang

        Bila anggaran kas tahunan disusun dengan cara menelusuri jejak arus fisik masuk dan arus fisik keluar, maka anggaran kas jangka panjang disusun dengan cara membandingkan neraca yang disusun antara dua periode anggaran dan perhitungan rugi laba perusahaan yang terjadi selama periode antara kedua neraca tersebut.

        Untuk anggaran kas jangka panjang ini sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran modal dan rencana laba strategik jangka panjang. Estimasi penerimaan kas (terutama dari penjualan barang atau jasa dan pinjaman), sedangkan estimasi pengeluaran kas adalah terutama untuk biaya-biaya, pengeluaran modal dan pembayaran hutang,yang merupakan dasar yang tepat untuk keputusan-keputusan yang berkaitan dengan keuangan.

Secara hipotesis neraca suatu perusahaan adalah sabagai berikut;

Neraca

        Suatu konsep neraca yang paling awal yang menyatakan bahwa neraca selalu seimbang jumlah kekayaan perusahaan  sama dengan jumlah  modal yang dimiliki ditambah hutang-hutangnya

        Misalkan Selama satu tahun usaha terjadi transaksi sebagai berikut ini:
  1. Perusahaan memperoleh laba dan memakai sebagian dari laba ini
  2. Perusahaan memperoleh hutang lancar baru
  3. Perusahaan menambah hutang jangka panjang
  4. Perusahaan menambah setoran  modalnya
  5. Perusahaan mengurangi sebagian dari aktiva lancar  non kas (seperti piutang dan persediaan) 
  6. Perusahaan menjual sebagian dari aktiva tetapnya
        Dengan transaksi-transaksi diatas maka akibat  yang  terrjadi adalah:
  1. Meningkatnya jumlah modal dan hutang-hutang perusahaan
  2. Menurunnya jumlah aktiva non kas dan aktiva tetap yang dimiliki
  3. Meningkatnya seluruh kekayaan perusahaan yang tercermin dalam meningkatnya jumlah uang kas
        Pendekatan seperti diatas berdasarkan suatu anggapan bahwa seluruh transaksi yang terjadi adalah transaksi kas. Berbagai transaksi yang menyebabkan meningkatnya/menurunya jumlah kas yang dipolakan sebagai berikut:


Contoh Kasus  Anggaran Kas Jangka Panjang
MARI manufacturer merencanakan menambah kapasitas produksinya pada tahun 1988. Manajemen menyusun perencanaan kas jangka lima tahun (2016-2020).
Data yang sudah berhasil dikumpulkan sebagai berikut :
  • Penjualan pada 2016 sebesar Rp 800 juta ; diharapkan akan meningkat terus sebesar Rp 40 juta setahun sampai 2020.
  • Perkiraan Biaya Variabel sebesar 40% dari penjualan; sedang Biaya Fixed untuk 2016 sebesar Rp 380 juta dan akan meningkat dengan 10% pada 2019.
  • Depresiasi dan Amortisasi merupakan 30% dari Rp 300 juta fixed cost.
  • Saldo Kas Riil pada awal 2016 sebesar Rp 70 juta. Modal kerja non kas pada waktu tersebut sebesar 150 juta. Modal kerja non kas ini akan meningkat pada proporsi yang sama dengan meningkatnya penjualan.
  • Pajak pendapatan sebesar 30%
  • Sumber kas lainnya:
  1. Penjualan aktiva tak terpakai: 2016/5 juta ; 2017/5 juta; 2018/50 juta; 2019/5 juta dan 2020/5 juta
  2. Menjual saham portofolio: 2018/100 juta
  3. Utang Bank jangka panjang: 2017/200 juta.
  • Kebutuhan Kas:
  1. Saldo sinking fund pada awal 2016 sebesar 150 juta dan akan ditambah dengan 50 juta lagi pada 2016.
  2. Pembayaran kembali hutang obligasi sebesar 600 juta dari sinking fund pada 2017.
  3. Pengeluaran modal: 2016/40 juta; 2017/50 juta; 2018/350.000 (beli mesinnya): 2019/100 juta; dan 2020/150 juta.
  4. Pembayaran deviden: 2016/2017 masing-masing sebesar 20 juta setahun; 2018/2019 dan 2020 sebesar 25 juta setahun.
  5. Pengeluaran lainnya: 2016/5,0 juta; 2017/10 juta; 2018/5,0 juta; 2019/5,0 juta dan 2020/5,0 juta.

Dengan data tersebut diminta untuk:
1.    Menyusun perkiraan rugi/laba 5 tahun yang akan datang.
2.    Menyusun anggaran kas jangka panjang.



Penyelesaian :
  • Menyusun perkiraan rugi/laba 5 tahun yang akan datang.
MARI Manufacturer
Perkiraan Rugi Laba Tahunan
2016-2020 (jutaan)
 
Keterangan Perkiraan Rugi Laba Tahunan:
  1. Penjualan : Sebesar Rp 800 juta didapat dari data soal, dan pada tahun berikutnya meningkat  Rp 40 juta setahun sampai 2020.
  2. Biaya Variabel (40%) : Penjualan x 0,4 (biaya variabel). Misal pada tahun 2016 (Rp 800 x 0,4 = Rp 320.000).
  3. Fixed : dari data soal. 
  4. Keseluruhan : Penjumlahan Variabel dan Fixed.
  5. Laba Sebelum Pajak : Penjualan – Keseluruhan. Misal, tahun 2016 (Rp 800 – Rp 700 = Rp 100).
  6. Pajak Pendapatan 30% : Laba sebelum pajak x 0,3 (pada setiap tahunnya).
  7. Laba sesudah Pajak : Laba sebelum pajak - pajak pendapatan 30% (pada setiap tahunnya)

  • Menyusun anggaran kas jangka panjang
MARI Manufacturer
Perkiraan Kebutuhan Modal Kerja Non Kas
2016-2020 (jutaan)

Keterangan Perkiraan Kebutuhan Modal Kerja Non Kas:
  1. Saldo Kas Awal dari data soal.
  2. Meningkatnya penjualan 2016 ke 2017 =   = 5%. Berpengaruh pada Modal Kerja non Kas pada setiap tahunnya dengan dikalikan 105%.
  3. Keseluruhan Modal Kerja : Saldo kas awal + Modal kerja non kas (pada setiap tahunnya). 
  4. Kenaikan Modal Kerja Non Kas : Pengurangan hasil modal kerja non kas dari tahun ke tahun berikutnya. 


MARI  Manufacturer
Anggaran Kas Tahunan
2016-2020

Keterangan Anggaran Kas Tahunan :
  1. Saldo Kas Awal tahun : Untuk tahun 2016 didapat dari data soal, Sedangkan untuk tahun berikutnya didapat dari saldo kas akhir tahun.
  2. Keuntungan untuk Pajak : Dari data laba sesudah pajak (pada perkiraan rugi laba tahunan).
  3. Depresiasi dan Amortisasi : 30% dari Rp 300 juta fixed cost.
  4. Penjualan aktiva tak terpakai,  penjualan saham dan utang bank jangka panjang , sudah tertera pada soal.
  5. Kas tersedia : Dari penjumlahan saldo kas awal tahun, keuntungan untuk pajak, depresiasi dan amortisasi, penjualan aktiva tak terpakai, penjualan saham, dan utang bank jangka panjang.
  6. Pengeluaran- pengeluaran : sudah tertera pada data yang terkumpul.
  7. Saldo kas akhir tahun : Kas tersedia – penjumlahan (pengeluaran-pengeluaran), pada setiap tahunnya.  


Cara Menentukan Titik Break Even (BE)

Posted on 7:02 PM In:

        Terdapat tiga carapendekatan yang dapat dipakai dalam menghitung tingkat Break even Perusahaan untuk suatu periode. Tiga pendekatan itu adalah :
  1. Pendekatan secara Tabelaris, yaitu dengan cara menghitung jumlah penghasilan dan biaya pada berbagai tingkat atau volume penjualan/produksi.
  2. Pendekatan secara Grafis, yaitu dengan menggambar kurva Penghasilan, Biaya Tetap, dan Biaya Total pada berbagai penjualan/produk.
  3. Pendekatan secara Arithmatik, yaitu dengan menggunakan rumus berikut ini :

Formula Menentukan Break Even Point
  • Atas dasar unit

  • Atas dasar sales dalam rupiah


Keterangan:
  • FC : Biaya Tetap
  • P : Harga jual per unit
  • VC : Biaya Variabel per unit
        Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.

        Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi.

Data : Rencana Penjualan Perusahaan  , 2020



Diminta untuk menganalisis Break Even Point dengan menggunakan:
  1. Pendekatan Tabularis
  2. Pendekatan Grafis
  3. Pendekatan Aritmatik

Penyelesaian

1. Pendekatan SecaraTabelaris
        Atas dasar data diatas dapat diketahui bahwa :
  • Harga jual per unit Rp 25,-
  • Biaya variable per unit produk Rp 13,- (Rp 2.600.000 dibagi 200.000 unit)
  • Beban tetap produksi mauun biaya usaha keseluruhan berjumlah Rp 1.800.000,-
Berdasarkan data di atas dapat dibuat perkiraan laba pada berbagai tingkat produksi/penjualan seperti berikut :

        Pada tingkat penjualan terendah (100.000 unit atau Rp 2.500.000,-) perusahaan akan menderita kerugian Rp 600.000,- dan pada tingkat penjualan tertingi (200.000 unit atau Rp 5.000.000,-) akan memperoleh keuntungan Rp 600.000,- .

        Volume BEP akan dicapai pada tingkat penjualan sebesar 150.000 unit atau penghasilan penjualan sebesar Rp 3.750.000,-. Pada tingkat mana penghasilan keseluruhan (TR) sama dengan biaya keseluruhan (T.C). sehingga pada tingkat tersebut laba perusahaan sama dengan nol.
Dengan demikian volume Break even dicapai pada tingkat penjualan 75% dari volume yang dianggarkan, yaitu berasal dari perhitungan :


        Angka 75% ini juga sekaligus dapat menunjukkan bahwa bilamana terjadi penurunan dalam penjualan sebanyak 100%-75% = 25% dari volume yang dianggarkan, maka perusahaan tidak lagi dapat mengharapkan adanya keuntungan. Dengan kata lain angka 25% ini menunjukkan batas maksimal turunnya penjualan yang dapat ditolelir untuk dapat mencegah terjadinya kerugian. Angka itu juga disebut dengan istilah safety margin. (Margin off Safety)


        Dengan demikian semakin rendah angka presentase break even atau semakin tinggi angka safety margin, semakin baik perusahaan itu. Oleh karenanya perusahaan cenderung untuk mengusahakan angka presentase break evennya serendah mungkin.

2. Pendekatan secara grafis
        Dengan menggunakan sumbu X sebagai penunjuk volume kegiatan dan sumbu Y mentinjukkan nilai rupiah dari penghasilan dan biaya, maka titik break even akan diketahui dari perpotongan antara kurva Penghasilan keseluruhan dengan Biaya keseluruhan (TR = TC).
Gambarnya adalah sebagai berikut :


         Grafik break even dapat dibuat dengan meletakkan garis Biaya Total di atas garis Biaya Tetap Total atau di atas garis Biaya Variabel Total, hasilnya akan sama saja, yaitu bahwa break even dicapai pada tingkat penghasilan sebesar  Rp 3.750.000,- (pada sumbu Y) atau 150.000 unit (pada sumbu X).

        Cara penggambaran di sebelah kanan lebih tepat karena menunjukkan bahwa Biaya Variabel-lah yang lebih relevan untuk ditutup terlebih dahulu sebelum penghasilan penjualan itu digunakan untuk menutup biaya tetap. Hal itu benar karena biaya tetap merupakan biaya yang sudah terlanjur (sunk cost). Sehingga keputusan untuk meneruskan atau menghentikan produksi harus didasarkan pada keadaan bahwasanya selama penghasilan dari penjualan masih dapat menutup biaya variabel keseluruhan, maka selama itu pula lebih meng¬untungkan untuk meneruskan produksi daripada menghentikannya. Apalagi bilamana masih ada sisa penghasilan yang tersedia untuk memikul sebagian dari beban tetap. Dengan demikian dengan meneruskan produksi maka kerugian perusahaan akan lebih kecil bila dibandingkan dengan kerugian yang harus dipikul sebagai akibat menghentikan produksi.

3. Pendekatan secara arithmatik
Break even dapat diketahui dengan memasukkan data anggaran sebagai berikut.
a.    Atas dasar keseluruhan :



b.    Atas dasar per unit produk :


        Rumus BE keseluruhan akan menghasilkan perhitungan BE dalam rupiah, sedang analisa per unit produk menghasilkan BE dalam jumlah fisik produk.

Bagian dari rumus BEP secara keseluruhan yang berupa :


juga disebut sebagai Variable Cost Ratio. Variable  Cost ratio sebesar 52% berarti bahwa 52% dari keseluruhan penghasilan, atau 52 sen dari setiap Rp 1,- peng¬hasilan yang diperoleh dari penjualan, akan terpakai untuk menutup biaya variabel. Sehingga sisanya yang 48% (1 - 0,52 atau 100% - 52%) disebut Profit Volume Ratio. Yaitu bagian dari penghasilan yang tersisa dan tersedia untuk menutup biaya tetap, dan seterusnya akin tersedia sebagai keuntungan perusaha¬an.

        Oleh karena itu perusahaan akan cenderung untuk mengusahakan agar Variable Cost ratio ditekan serendah mungkin, atau Profit Volume ratio dinaik¬kan setinggi mungkin.

Kelemahan Analisis Break Even (BE)

Posted on 7:01 PM In:

        Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).
  • Asumsi tentang linearity
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
  • Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.
  • Jangka waktu penggunaan
Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.

Konsep dan Manfaat Analisis Break Even

Posted on 7:00 PM In:
Konsep dan Manfaat Analisis Break Even

        Break even adalah suatu keadaan dimana penghasilan dari penjualan hanya cukup untuk menutup biaya, baik yang bersifat variabel  maupun yang bersifat tetap. Analisa ini juga mampu menunjukkan bagaimana jumlah keuntungan yang diperoleh akan berubah bilamana terjadi perubahan pada salah satu atau lebih dari faktor berikut ini :
  1. Harga jual produk : naik atau turunnya harga jual akan berpengaruh terhadap penghasilan dari penjualan.
  2. Jumlah unit yang terjual : juga perubahan dari jumlah unit terjual akan secara langsung mempengaruhi penghasilan penjualan.
  3. Biaya produksi atau biaya usaha : yang terakhir ini akan mempengaruhi biaya keseluruhan yang harus diperhitungkan terhadap hasil penjualan.
        Oleh karena laba adalah selisih antara penghasilan penjualan dengan keseluruhan biaya, maka perubahan dari penghasilan atau biaya dengan sendirinya akan mempengaruhi laba yang diperoleh. Oleh karena itu analisa break even sering juga disebut sebagai Analisa Cost- Profit-Volume (Analisa C.P.V).

Manfaat Analisa BEP dalam Pengambilan Keputusan
        Karena anggaran perusahaan adalah alat bantu manajemen di bidang perencanaan dan pengawasan, maka penggunaan alat BEP dalam sistem penganggaran harus menggunakan data anggaran. Dengan demikian tingkat Break even yang dihasilkan akan merupakan perkiraan break even untuk waktu yang akan datang. Kegunaan BEP yang dianggarkan adalah :

  • Bukan untuk membantu menentukan berapa jumlah penjualan yang dapat diharapkan, melainkan untuk memberikan gambaran tentang batas jumlah penjualan minimal yang harus diusahakan agar perusahaan tidak menderita rugi. Hal itu penting karena kemunduran dalam penjualan yang disebabkan oleh berbagai hal dapat saja terjadi, artinya penjualan riil lebih kecil dari penjualan yang dianggarkan.

Bila perusahaan tidak ingin menderita rugi, maka pimpinan harus tahu batas pengurangan penjualan yang dapat ditolerir. Dan batas yang dimaksud dapat ditentukan melalui analisa Break even.

Ada sementara penulis yang mengatakan bahwa analisa Break even dapat digunakan untuk menentukan volume penjualan yang direncanakan. Tetapi akan lebih tepat kiranya bila dikatakan bahwa jumlah penjualan yang dapat diraih oleh perusahaan bukannya ditentukan dengan perhitungan-perhitungan yang dibuat di atas kertas, melainkan lebih ditentukan oleh berbagai upaya pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan itu dalam kaitannya dengan situasi persaingan yang dihadapi di pasar penjualan. Dalam keadaan pasar yang dikuasai oleh pembeli, penentuan sasaran penjualan dengan memperhatikan situasi persaingan kiranya akan lebih tepat disbanding dengan cara yang lain.

Analisa Break even dalam hal ini bermanfaat untuk menilai apakah sasaran penjualan yang telah ditentukan kiranya akan memberikan keuntungan atau tidak, dan berapa jauh kemunduran penjualan dapat ditolerir.

  • Analisa Break even juga dapat dipakai untuk menentukan jumlah penjualan yang seharusnya diperoleh pada persyaratan tertentu, misalnya penjualan yang memberikan sejumlah laba tertentu. Jumlah penjualan yang seharusnya diperoleh akan sama dengan penjualan pada keadaan Break even ditambah sejumlah penjualan yang lain yang diperlukan untuk memperoleh laba yang dimaksud.

BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP  adalah
  1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
  2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
  3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
  4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
        Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini

        Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya

Pengertian dan Asumsi Break Even (BE)

Posted on 6:56 PM In:

        Dalam dunia bisnis, Informasi merupakan alat yang penting bagi manajemen untuk membantu menggerakkan dan mengembangkan kegiatan perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaan tergantung pada sistem informasi akuintansi manajemen (Mulyadi, 1993). Dengan menggunakan informasi akuntansi manajemen maka, akan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif, mengurangi ketidak  pastian dan mengurangi resiko dalam memilih alternatif. Dengan menggunakan informasi manajemen ini, bisa dilakukan pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan informasi akuntansi manajemen menekankan hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaannya.

        Break even point yang biasa disingkat BEP, yang di Indonesia dikenal dengan Titik Impas adalah salah satu bentuk dari sekian banyak informasi akuntansi manajemen yang dipakai menganalisa hubungan anatara: Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit. Analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pemimpin untuk mengambil kebijaksanaan

        Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :
  1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
  2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan.
        Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.

        Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
  1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
  2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
  3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
        Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

       Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya). Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume Profit Analysis.

        Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
  1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
  2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.
  3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi.
        Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.

        Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian.

        Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.

        Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.

        Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan, sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi.

        Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.

        Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian disebut Break Even Point.

Asumsi dari Analisa Break Even
        Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
  1. Bahwa biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan jumlahnya secara tepat. Dengan demikian perubahan tingkat produksi dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.
  2. Biaya yang dapat diperkirakan itu dapat dipisahkan mana yang bersifat fariabel dan mana yang merupakan beban tetap (fixed cost). Analisa Break even hanya dapat dihitung bilamana sebagian biaya merupakan bebean tetap.
  3. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa yang diproduksi dianggap terjual habis. Dengan demikian tingkat persediaan barang jadi tidak mengalami perubahan, atau perusahaan sma sekali tidak menyediakan stoc barang jadi.
  4. Harga jual produk perusahaan pada berbagai tingkat penjualan tidak mengalami perubahan. Ini berarti pasarnya demikian sempurna atau bahwa share pasaran perusahaan sedemikian kecilnyasehingga tidak akan mampu merubah harga pasar yang terjadi.
  5. Efesiensi perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan juga tidak berubah, sehingga biaya variable setiap unit produk sama untuk berbagai volume produksi.
  6. Tidak terdapat perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan yang secara langsung berpengaruh terhadap beban tetap keseluruhan. Dengan demikian biaya tetap keseluruhan juga tidak berubah.
  7. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam produk akhir. Bilamana dalam kenyataannya produk yang dibuat lebih dari satu macam, maka sales mix dipertahankan tetap sama.
        Di dalam kenyataan yang sebenarnya lebih banyak asumsi yang tidak dapat dipenuhi. Namun demikian perubahan asumsi ini tidak mengurangi validitas dan kegunaan analisa BEP sebagai suatu alat bantu pengambilan keputusan. Hanya saja diperlukan suatu modifikasi tertentu dalam penggunaannya.


#


Referensi:
  • Ahyari Agus, Dr, 1989, Anggaran Perusahaan Pendekatan Kuantitatif Buku II. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
  • Agus, Ani Kana. 1986. Anggaran Perusahaan Pembahasan Teori. Yogyakarta: Group.
  • Bambang Riyanto. 1980. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Gajah Mada.
  • Gunawan Adisaputra, Anggaran Perusahaan, buku 1, BPFE
  • Gunawan Adisaputra, Anggaran Perusahaan, buku 2, BPFE.
  • Y. Supriyanto, Anggaran Perusahaan Perencanaan dan Pengendalian Laba.  Yogyakarta: Penerbit Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
  • M. Nafarinn. 2003, Edisi 3, Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
  • Munawir, Ak. 1983, Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
  • P. Darsono, 2008. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
  • S. Mulyatno, SE. Anggaran Perusahaan Cara Praktis Menyusun Anggaran Perusahaan.Jakarta: Universitas Trisakti.
  • T. Justin Sirait, 2006. Anggaran Sebagai Alat Bantu Bagi Manajemen.   akarta: Penerbit PT Grasindo.
***

Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Posted on 6:54 PM In:

        Perencanaan biaya yang baik harusnya dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Anggaran biaya biasanya dibuat bersamaan dan digabungkan dalam sebuah rencana yang disebut Rencana Harga Pokok Produk. Anggaran ini memerlukan semua biaya produksi yang dapat diidentifikasi, baik secara langsung atau melalui alokasi, untuk setiap produk. Tiga anggaran pokok yang relevan dengan produksi ini mencakup (1) anggaran biaya bahan mentah, (2) anggaran tenaga kerja langsung, yang merinci kuantitas dan biaya yang direncanakan dari tenaga kerja langsung, dan (3) anggaran biaya overhead pabrik, yang meliputi rencana untuk semua biaya pabrik selain bahan mentah langsung dan tenaga kerja langsung.

        Pada topik Anggaran Bahan Baku dan Anggaran Tenaga Kerja Langsung telah dikupas secara mendalam mengenai  rencana biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Materi kali ini membahas tentang perencanaan dan pengendalian biaya overhead pabrik. Untuk rencana bahan mentah dan anggaran biaya tenaga kerja langsung telah dibahas pada materi sebelumnya. Materi ini diawali dengan pembahasan tentang pentingnya perencanaan Biaya Overhead Pabrik (BOP) bagi perusahaan. Pembahasan dilanjutkan dengan mempelajari faktor-faktor yang harus dipahami untuk melakukan penyusunan anggaran BOP, teknik pengalokasian BOP yang bersifat tidak langsung, dan pembahasa pentingnya pemahaman tentang perbedaan pembebanan dan pengendalian BOP. Materi ini akan diakhiri dengan pembahasan tentang anggaran BOP sebagai sarana penyusunan Harga Pokok Produksi.

        Manajer seharusnya memandang perencanaan dan pengendalian terhadap pengeluaran-pengeluaran sebagai sebuah kewajiban. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan biaya yang wajar demi tercapainya tujuan dan program-program yang telah direncanakan perusahaan. Dua istilah biaya (cost) dan beban/pengeluaran (expense) sering digunakan untuk pengertian yang sama. Untuk tujuan akuntansi keuangan, biaya (cost) merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya (cost) ini akan menjadi beban/pengeluaran (expense) ketika telah dikonsumsi (dihabiskan). Sehingga yang dimaksud dengan beban/pengeluaran (expense) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang terjadi sekarang atau biaya yang telah dikonsumsi sekarang. Untuk tujuan akuntansi manajemen, kedua istilah ini didefinisikan secara terpisah.

        Perencanaan yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Untuk mendapatkan manfaat tertentu perusahaan tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Sebagai contoh untuk meningkatkan volume penjualan, perusahaan mengeluarkan biaya riset dan pengembangan produk yanga cukup besar. Manfaat dari kegiatan tersebut tentunya adalah tercapainya kuota penjualan yang besar. Untuk itu perusahaan juga harus mengeluarkan biaya promosi dan distribusi yang besar. Sebuah perusahaan lain melakukan penelitian pasar untuk mengetahui tingkah laku konsumen (consumers behaviour). Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini antara lain :
•    Dapat diketahuinya market share yang dimiliki perusahaan.
•    Dapat diketahui siapa konsumen akhir barang yang dijual.
•    Dapat diketahui apa yang diinginkan konsumen dari barang yang dijual, dan lain-lain.

        Selain itu, perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan sumber daya yang terbatas secara baik, bukan sekedar pengurangan  biaya. Beberapa perusahaan melakukan pemotongan pengeluaran-pengeluaran tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya pada keuntungan yang akan diperoleh. Sebagai contoh perusahaan tidak menyediakan sumber daya yang memadai untuk memeelihara harta seperti peralatan mesin dan bangunan-bangunan. Tidak dapat dielakkan, keputusan-keputusan jangka pendek, walaupun mengurangi pengeluaran-pengeluaran dalam jangka waktu tertentu, tetapi mengakibatkan meningkatnya biaya karena kerusakan-kerusakan, mesin-mesin yang tidak efisien, tenaga yang frustasi, kesalahan mesin, biaya perbaikan yang besar dan berkurangnya umur harta. Sehingga untuk jangka panjang sebenarnya biaya yang dikeluarkan semakin besar. 

        Meskipun demikian, biaya harus diawasi. Pengawasan biaya terutama harus diselaraskan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam operasinya dan disesuaikan dengan tanggung jawab yang harus dipikul oleh masing-masing kepala bagian seperti bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Pada bagian ini akan dibicarakan biaya-biaya lain yakni:

i.    Biaya-biaya pabrik (sering pula disebut biaya overhead pabrik).
ii.   Biaya-biaya distribusi (sering pula disebut biaya penjualan).
iii.  Biaya-biaya administrasi.
        Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan proses produksi sangat kompleks jenisnya. Biaya yang tergolong sebagai biaya overhead pabrik (BOP) adalah semua biaya-biaya pabrik yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi, kecuali biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga kerja langsung. BOP ini merupakan biaya produksi total yang tidak dapat secara langsung diidentifikasikan (ditelusuri) pada produk atau aktivitas tertentu.


#

Referensi:
  • Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi ke-3. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
  • Ahyari, A. 1989. Anggaran Perusahaan: Pendekatan Kuantitatif. Buku 1. Yogyakarta: BPFE.
  • Sasongko, C. dan Parulian, S.R. 2010. Anggaran. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
  • Munandar, M. 2007. Budgeting: Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja. Edisi ke-2. Yogyakarta: BPFE. 
  • Adisaputro, G. 2007. Anggaran Perusahaan 2. Edisi ke-1. Yogyakarta : BPFE.
  • Supriyanto, Y. 1995. Anggaran Perusahaan. Edisi ke-1. Yogyakarta : bagian penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
  • Adisaputro, G. dan Marwan, asri. 1979. Anggaran Perusahaan: Prinsip Mekanisme dan Teknik Penyusunannya. Yogyakarta : bagian penerbitan Universitas Gadjah Mada.
  • Adisaputro, G. dan Yunita, A. 2007. Anggaran Bisnis Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian Laba. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
***


Pengertian Anggaran :
Glenn A Welsch mendefenisikan anggaran sebagai berikut:
"Profit planning and control may be broadly as de fined as sistematic and formalized approach for accomplishing the planning, coordinating and control responsibility of management".
Dari pengertian di atas, anggaran dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Jadi bila anggaran dihubungkan fungsi dasar manajemen maka anggaran meliputi fungsi perencanaan, mengarahkan, mengorganisasi dan mengawasi setiap satuan dan bidang-bidang organisasional didalam badan usaha.
Menurut Gomes (1995, p.87-88), anggaran merupakan dokumen yang berusaha untuk mendamaikan prioritas-prioritas program dengan sumber-sumber pendapatan yang diproyeksikan. Anggaran menggabungkan suatu pengumuman dari aktivitas organisasi atau tujuan untuk suatu jangka waktu yang ditentukan dengan informasi mengenai dana yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut atau untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Mulyadi (2001, p.488), anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang menvakup jangka waktu satu tahun.
Menurut Supriyono (1990, p.15), penganggaran merupakan perencanaan keuangan perusahaan yang dipakai sebagai dasar pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan untuk periode yang akan datang.
Anggaran merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang telah ditetapkan dalam proses penyusunan program. Dimana anggaran disusun oleh manajemen untuk jangka waktu satu tahun, yang nantinya akan membawa perusahaan kepada kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya yang ditentukan.

Fungsi Anggaran :
Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah ditetapkan.
a. Fungi Perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan dasar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Winardi memberikan pengertian mengenai perencanaan sebagai berikut:
"Perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktifitas-aktifitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai basil yang diinginkan".
Dari kutipan di atas disimpulkan bahwa sebelum perusahaan melakukan operasinya, pimpinan dari perusahaan tersebut harus lebih dahulu merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan di masa datang dan hasil yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut, serta bagaimana melaksanakannya. Dengan adanya rencana tersebut, maka aktifitas akan dapat terlaksana dengan baik.

b. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengawasan dalam perusahaan. Pengawasan itu merupakan usaha-usaha yang ditempuh agar rencana yang telah disusun sebelurnnya dapat dicapai. Dengan demikian pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan apabila perlu. Aspek pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan, apakah dapat ditemukan efisiensi atau apakah para manajer pelaksana telah bekerja dengan baik dalam mengelola perusahaan. Tujuan pengawasan itu bukanlah mencari kesalahan akan tetapi mencegah dan nemperbaiki kesalahan. Sering terjadi fungsi pengawasan itu disalah artikan yaitu mencari kesalahan orang lain atau sebagai alat menjatuhkan hukuman atas suatu kesalahan yang dibuat pada hal tujuan pengawasan itu untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan dan rencana perusahaan.

c. Fungsi Koordinasi
Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
untuk menciptakan adanya koordinasi diperlukan perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan keselarasan rencana antara satu bagian dengan bagian lainnya. Anggaran yang berfungsi sebagai perencanaan harus dapat menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai bagian dalam perusahaan, sehingga rencana kegiatan yang satu akan selaras dengan lainnya. Untuk itu anggaran dapat dipakai sebagai alat koordinasi untuk seluruh bagian yang ada dalam perusahaan, karena semua kegiatan yang saling berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya sudah diatur dengan baik.

d. Anggaran Sebagai Pedoman Kerja
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam unit moneter. Lazimnya penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa lalu dan taksir-taksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatannya.
Tujuan yang paling utama dari anggaran adalah untuk pengawasan luar, yaitu untuk membatasi sumber-sumber daya keseluruhan yang tersedia untuk suatu instansi dan untuk
mencegah pengeluaran-pengeluaran bagi hal-hal atau aktivitas-aktivitas yang tidak dibenarkan oleh undang-undang.

Manfaat Anggaran :
Menurut Marconi dan Siegel (1983) dalam Hehanusa (2003, p.406-407) manfaat anggaran adalah :
1. Anggaran merupakan hasil dari proses perencanaan, berarti anggaran mewakili kesepakatan negosiasi di antara partisipan yang dominan dalam suatu organisasi mengenai tujuan kegiatan di masa yang akan datang.
2. Anggaran merupakan gambaran tentang prioritas alokasi sumber daya yang dimiliki karena dapat bertindak sebagai blue print aktivitas perusahaan.
3. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang menghubungkan departemen (divisi) yang satu dengan departemen (divisi) lainnya dalam organisasi maupun dengan manajemen puncak.
4. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
5. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarah manajemen untuk menentukan bagian organisasi yang kuat dan lemah, hal ini akan dapat mengarahkan manajemen untuk menentukan tindakan koreksi yang harus diambil.
6. Anggaran mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan untuk bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi kesesuaian tujuan antara tujuan perusahaan dengan tujuan karyawan.

Tipe Anggaran :
1. Ceiling Budget

Tipe anggaran yang dipakai untuk tujuan-tujuan pengawasan dinamakan Ceiling Budget. Anggaran jenis ini mengawasi suatu instansi secara langsung dengan cara menentukan batas-batas pengeluaran melalui peraturan penggunaan/pemberian, atau secara tidak langsung dengan cara membatasi penghasilan instansi pada sumber yang diketahui dan jumlah yang terbatas.
2. A Line-Item Budget
Tipe ini menggolongkan pengeluaran-pengeluaran berdasarkan jenis, digunakan untuk mengawasi jenis-jenis pengeluaran dan juga jumlah totalnya
3. Performance and Program Budgets
Tipe ini berguna untuk menspesifikasi aktivitas-aktivitas atau program-program berdasarkan mana dana digunakan, dan dengan cara demikian membantu dalam evaluasinya. Dengan cara memisahkan pengeluaran-pengeluaran berdasarkan fungsi (seperti kesehatan atau keamanan public) atau berdasarkan jenis pengeluaran (seperti kepegawaian dan peralatan) atau berdasarkan sumber penghasilan seperti pajak kekayaan atau biaya-biaya pemakaian (user fees), para administrator dan para anggota legislatif bisa mendapatkan laporan-laporan yang tepat mengenai transaksi-transaksi keuangan, untuk mempertahankan baik efisiensi ke dalam maupun pengawasan dari luar.

JENIS-JENIS ANGGARAN

Posted on 6:44 PM In:

ANGGARAN BIAYA VARIABEL

Pengertian :
Suatu perencanaan mengenai skedul biaya yang menunjukkan bagaimana tiap-tiap biaya akan berubah sehubungan dengan perubahan tingkat kegiatan untuk waktu yang akan datang dalam relevant range tertentu.
Prinsip dasar dari anggaran variabel adalah konsep variabilitas biaya dimana biaya dapat dihubungkan dengan tingkat kegiatan. Atas dasar konsep inilah biaya dapat dikatagorikan menjadi biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel. Anggaran variabel mengidentifikasikan masing-masing jenis biaya karena perubahan tingkat kegiatan perusahaan yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan anggaran variabel :
1.     Penentuan Satuan kegiatan
Tingkat kegiatan dalam suatu perusahaan harus dinyatakan dalam satuan kegiatan (activity base), misalnya :
-        Jam mesin langsung (direct machine hour/ DMH)
-        Jam Kerja Langsung (direct labor hour/ DLH)
-        Jam Reparasi Langsung (direct Repair Hour/ DRH)
-        Kilo Watt per Jam (Kilo Watt per hour)

2.     Penentuan Relevant Range
Relevant range adalah suatu interval yang dinyatakan dengan tingkat output tertentu, dimana anggaran variabel yang bersangkutan masih dapat dipakai atau masih berlaku. Relevant range perlu ditentukan karena biaya tetap dan biaya variabel perunit dapat berubah pada tingkat output tertentu.

Metode Pemisahan Komponen Fixed dan Variabel :
  1. Metode Langsung, yaitu didasarkan atas hasil penelitian di pabrik atau atas dasar analisis terhadap data historis yang dilengkapi dengan interpretasi keputusan manajemen yang ada kaitannya dengan data historis yang bersangkutan.

  1. Metode Titik Tertinggi dan Titik Terendah (high and Low Point Method), yaitu dengan cara memisahkan komponen biaya tetap dan variabel dengan perhitungan interpolasi diantara dua macam volume output atau tingkat kegiatan yang berbeda.
Contoh :

-        Relevant range : 9.000 – 12.000 DMH, artinya :
  • Pada titik tertinggi  = 12.000 DMH
  • Pada titik terendah =   9.000 DMH

-        Anggaran Biaya :
  • Pada titik tertinggi  =  Rp. 6.400.000,-
  • Pada titik terendah =  Rp. 5.200.000,-

-        Interpolasi :
  • Menghitung biaya variabel perunit :
DMH                Biaya
Pada titik tertinggi                 12.000             Rp. 6.400.000,-
Pada titik terrendah                9.000             Rp. 5.200.000,-
Selisih                                       3.000              Rp. 1.200.000,-

-        Biaya variabel perunit  =  Rp. 1.200.000,-     =     Rp. 400,-
3.000

Menghitung biaya tetap, pada titik tertinggi :

  • Anggaran biaya                                       =  Rp. 6.400.000,-
  • Anggaran Variabel = 12.000 x Rp.400,-  =  Rp. 4.800.000,-
Biaya tetap                                            =  Rp. 1.600.000,-

  1. Metode Statistika, yaitu dengan menggunakan regresi linier. Analisis ini menghubungkan data biaya dengan output dari waktu ke waktu yang lalu, sehingga dapat diketahui bagaimana biaya-biaya akan berubah sehubungan dengan perubahan volume output berdasarkan persamaan yang terbentuk. Hasil taksiran yang diperoleh dapat dijadikan dasar perkiraan pada waktu yang akan datang dalam kaitannya dengan hubungan perubahan volume dengan perubahan biaya.

———ooo———
Referensi :  Ellen Christina, at.all, “Anggaran Perusahaan suatu Pendekatan Praktis”, PT. Gramedia Utama, Jakarta, 2002.

Anggaran Bahan Baku

Anggaran Bahan Baku
1. Budget Kebutuhan Bahan Baku
Pengertian   Budget   ini   ialah:   Budget   yang   merencanakan   secara   lebih terperinci jumlah unit bahan mentah yang diperlukan untuk penyelenggaraan proses produksi secara periode yang akan datang, sebagai dasar untuk penyusunan budget  pembelian bahan mentah dan budget biaya bahan mentah.
Adapun bahan baku yang dipakai dalam suatu pabrik secara tradisional dibagi menjadi   bahan   langsung   dan   bahan  tak   langsung   (bahan  pembantu).   Bahan langsung  pada  umumnya  menyatakan  semua  bahan  baku  yang  menjadi  bagian terpadu dari produksi jadi dan dapat ditetapkan langsung  pada  harga  pokok  produk barang jadi.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunannya, yaitu:
1)  Budget  unit  yang diproduksi, khususnya tentang kualitas, kuantitas barang yang
akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
2)  Berbagai  standar  pemakaian  bahan  dari  masing-masing jenis bahan  mentah
untuk  proses produksi yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu :
a)   Berdasarkan data historis (pengalaman masa lalu), dengan cara membandingkan  jumlah  produk  pada  suatu  periode  dengan  jumlah  bahan  mentah   yang   dipergunakan   pada   periode   yang   sama.   Tetapi   apabila pengalaman  yang  lalu merupakan pengalaman yang kurang menguntungkan  (terjadi  pemborosan  bahan mentah) maka standar pemakaian bahan mentah  untuk periode yang akan datang merupakan standar yang paling ideal.
b)  Berdasarkan  pada penelitian khusus, yang dilakukan dengan mengukur serta
meneliti beberapa produk barang jadi yang dihasilkan perusahaan, mengadakan penelitian laboratoris seperti produk obat-obatan,  kosmetik  dan  minuman,  dan  mengadakan  percobaan  proses  produksi  sambil  mengukur serta   menghitung jumlah unit bahan mentah yang digunakan   selama percobaan tersebut berlangung.

2. Budget Pembelian Bahan Baku
Adalah budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang pembelian- pembelian bahan mentah selama periode yang akan datang, yang berguna secara khusus  sebagai dasar untuk penyusunan budget biaya bahan mentah, penyusunan budget utang dan budget kas.
Adapun faktor-faktor  yang  mempengaruhi penyusunan budget pembelian bahan mentah ialah :
a)  Budget  unit kebutuhan bahan  mentah, khususnya rencana tentang  jenis (kualitas) dan jumlah (kuantitas) bahan mentah yang dibutuhkan dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
b)  Biaya-biaya yang harus ditanggung oleh  perusahaan  pada  setiap  melakukan  pembelian bahan mentah (set up cost). Bila setiap  kali  melakukan  pembelian bahan  mentah,  biayanya  terlalu besar,  akan  mendorong  perusahaan  untuk tidak   sering   melakukan   transaksi   pembelian   bahan   mentah,   begitu   juga sebaliknya  sehingga  perusahaan  akan  melakukan  pembelian  dalam  jumlah   yang kecil.
c)   Biaya  yang  dianggap  oleh  perusahaan  sehubungan  penyimpanan  barang  di gudang. Bila biaya-biaya dan resiko penyimpanan yang harus ditanggung cukup mahal maka akan mendorong perusahaan untuk mempunyai persediaan bahan mentah dalam jumlah yang kecil dan apabila biayanya kecil akan  mendorong perusahaan melakukan penyimpanan dalam jumlah yang besar.
d)  Fluktuasi harga bahan mentah dari waktu-waktu yang  akan  datang.  Bila  ada kecendrungan   harga   bahan   mentah   naik   akan   mendorong    perusahaan melakukan  pembelian  dalam  jumlah  yang  besar  dan  bila  harga  cenderung murah maka perusahaan akan mengurangi pembelian.
e)   Tersedianya   bahan   mentah   di  pasar.  Bilamana  bahan  mentah  tidak  selalu tersedia  dalam  jumlah  yang  tidak  banyak  di  pasar  maka  cenderung  akan  mendorong  pembelian  yang  besar,  dan jika persediaan bahan mentah sedikit  maka perusahaan akan melakukan pembelian dalam jumlah yang kecil.
f)   Modal ketja yang tersedia. Bilamana perusahaan mempunyai modal yang cukup akan  memberikan  kemungkinan untuk melakukan pembelian-pembelian bahan mentah dalam jumlah yang sangat besar, begitu juga sebaliknya.
g)
Kebijaksanaan   perusahaan  di  bidang  persediaan  bahan  mentah  (inventory policy).  Bila  persediaan  bahan  mentah yang ditetapkan oleh perusahaan besar akan  mendorong  pembelian  bahan  mentah  juga  dalam  jumlah  yang  besar. Kebijaksanaan  di bidang persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh beberapa  faktor pertimbangan:
1. Fluktuasi Produksi
2. Fasilitas tempat penyimpanan
3. Biaya-biaya yang timbul selama masa penyimpanan
4. Tingkat perputaran persediaan bahan mentah
5. Lamanya lead time (waktu tunggu)
6. Modal ketja
Pendekatan  yang  terkenal  untuk  menghitung  kuantitas  pesanan  ekonomi (EOQ) menggunakan rumus berikut ini: EOQ= √(2AO) / C
A = Kuantitas yang dipergunakan dalam setahun (unit)
O = Biaya rata-rata tahunan untuk menempatkan pesanan
C  =  Biaya  penyimpanan  tahunan  untuk  menyimpan  satu  unit  dalam  persediaan selama  satu  tahun  (misalnya,  penyimpanan,  asuransi,  laba  atas  investasi  dalam persediaan)

3. Budget Biaya Bahan Baku
Adalah  Budget  yang  merencanakan  secara  lebih  terperinci  tentang  biaya   bahan mentah untuk produksi selama periode yang akan datang, meliputi rencana  kualitas,  kuantitas, harga, waktu, bahan mentah dikaitkan dengan jenis barang jadi yang membutuhkan bahan mentah tersebut.
Budget biaya bahan mentah berguna sebagai dasar penyusunan budget harga pokok  produksi,  budget  harga  pokok  penjualan  yang  tercantum  dalam  master income statement budget bersama dengan budget upah  tenaga  kerja  langsung  dan budget biaya pabrik tidak langsung.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam  penyusunan  budget  biaya bahan mentah antara lain:
a)  Budget unit kebutuhan bahan mentah
b)  Budget pembelian bahan mentah
c)   Metode Akuntansi (pembukuan bahan mentah) yang dipakai oleh  perusahaan, khususnya  yang  berhubungan  dengan  masalah  penilaian  bahan  mentah  yang diolah  dalam  proses  produksi.  Adapun  metode  pembukuan  bahan  mentah  itu ialah:
1.  Metode FIFO (First In First Out)
Dalam  metode  ini,  nilai  (harga)  dan  bahan  mentah  yang  diolah  lebih  awal didasarkan  pada  nilai  (harga)  bahan  mentah yang dibeli lebih awal, begitu juga  sebaliknya.
2.  Metode LIFO (Last In First out)
Nilai (harga) dan bahan mentah yang  diolah  lebih  awal  didasarkan  pada  nilai (harga) bahan mentah yang dibeli lebih akhir, demikianjuga sebaliknya.
3.  Moving Average
Yaitu   metode   yang   menganggap   nilai   (harga)   bahan   mentah   yang   diolah berdasarkan   nilai  (harga)  rata-rata  pembelian  bahan  mentah  yang  pernah   dilakukan oleh perusahaan sejak awal sampai dengan yang terakhir.




Anggaran Tenaga kerja Langsung

Anggaran Tenaga Kerja Langsung
1. Penyusunan Anggaran Tenaga Kerja
Secara  struktural,  anggaran  tenaga  kerja   harus   sesuai   dengan   struktur rencana tahunan, oleh karena itu anggaran ini harus menunjukkan  biaya  dan  jam  kerja  langsung  menurut  tanggung  jawab,  menurut  waktu,  dan  menurut  produk. Apabila  waktu  kerja  standar  dan tarif upah rata-rata dikembangkan dengan cara yang  sehat  yang  mungkin  dapat  diterapkan  sehingga  penyusunan  budget  tenaga  kerja dapat dengan mudah dilaksanakan.
Biaya kerja langsung sehari-hari terlepas dari  pengawasan  langsung.  Banyak perusahaan   mengembangkan standar-standar  kerja  yang  realistis  untuk banyak aktivitas. Standar ini dibandingkan dengan hasil  sebenarnya  dan  dilaporkan  setiap hari.
Laporan ini pada dasarnya menunjukkan:
1. Jam yang dikerjakan sebenarnya
2. Jam standar untuk produksi sebenarnya
3. Selisih waktu
Disamping   biaya   kerja   langsung  sehari-hari,  kadang  laporan  juga  dibuat bulanan.  Di  dalam  laporan  ini  harus  menyajikan  imformasi  yang  sebenarnya, menurut  tanggung  jawab  mengenai  kerja  langsung  yang  dibandingkan  dengan   standart-standart yang telah ditetapkan. Laporan ini dimaksudkan manajemen untuk menilai status pengendalian. Laporan ini menggugah manajemen  untuk  melakukan  efisiensi  operasi  yang  lebih  tinggi.  Laporan  pelaksanaan  kerja  langsung  dapat   berupa:
1. Laporan-laporan tersendiri  2. Dimasukkan dalam laporan departemen
2. Perencanaan Upah Tenaga Kerja Langsung
Pada dasarnya Budget tenaga kerja sangat berhubungan erat dengan rencana laba tahunan, mengingat upah tenaga kerja merupakan pas biaya yang paling besar jika dibandingkan dengan biaya lainnya. Budget tenaga kerja harus  dikembangkan  menurut jam kerja langsung dan biaya kerja langsung dan juga harus dikembangkan menurut   tanggung  jawab  dan  menurut  priode  antara,  hal,  ini  penting  untuk penaksiran biaya produksi tiap produk. Banyak  perusahaan mengembangkan  label- label   tenaga   kerja   sebagai   cara   untuk   membantu   dalam   merencanakan dan mengendalikan  seluruh upah tenaga kerja. Dan perusahaan juga harus menetapkan  sistem upah yang digunakan, dibawah ini ada beberapa sistem upah, yaitu:
1. Sistem upah harian
2. Sistem upah perpotong
3. Sistem upah bonus

Berdasarkan sistem upah harian tiap karyawan diberi suatu jumlah untuk satu hari  kerja. Satu jumlah jam kerja tertentu biasanya terdiri hari standart dan oleh karena  sistem  upah  harian  sama  dengan  sistem  upah  per  jam.  Sistem  upah perpotong   berdasarkan   jumlah   upah   dari  pada   jumlah   barang   produksi  yang diproduksi karena menurut teori karyawan harus dibayar menurut  hasil  kerja  nyata. Dalam   sistem   upah   bonus   setiap   karyawan   dibayar   secara   harian   didalam memproduksi  sejumlah  minimum  tertentu,  dan  untuk  jumlah  diatas  minimum   karyawan menerima tambahan kompensasi berupa bonus yang biasanya  menurut  jumlah  potongannya.  Dari  penjelasan  dari  sistem  upah  ini,  jelaslah  sistem  upah  perpotonglah yang sesuai dengan atau untuk budget tenaga kerja.
Disamping  mengenai  sistem  upah,  laporan  produksi  yang  dibuat  didalam  pabrik  harus  menunjukkan  dan  menggambarkan  banyaknya  jumlah  barang  yang  diproduksi  atau  unit  yang  diproduksi  dalam  satu  hari  atau  jam.  Dalam  laporan  tenaga kerja harus menunjukan ongkos tenaga kerja produk  itu,  sehingga  ongkos persatuan  tenaga  kerja  dapat  dengan  segera  ditentukan.  Namun  perlu  diketahui bahwa dalam penyusunan Budget tenaga kerja perlulah kiranya kita membuat suatu perencanaan  waktu  kerja  standart.  Di dalam perencanaan waktu kerja standart ada  empat macam rancangan yang umum digunakan, diantaranya adalah:
1.  Studi-studi waktu dan gerak
Di   dalam   studi   ini   di   analisa   kerja   yang   dibutuhkan   suatu   produk   (per departemen)   dengan   memperinci   sederetan   operasi   atau   aktivitas.   Pada umumnya  analisa  ini  dilakukan  oleh  para insinyur. Hasil dari analisa ini dapat digunakan  sebagai  dasar input dasar guna pengembangan kebutuhan-kebutuhan jam    kerja    langsung    untuk    memenuhi    kebutuhan    produksi    yang    telah direncanakan.  Studi  ini  umumnya  merupakan  pendekatan  kearah  penetapan   waktu kerja standart
2.  Biaya standart
Penelahaan   seksama   jam   kerja   langsung   pada   dasarnya   harus   dilakukan mengingat  didalam  akuntansi  biaya  digunakan  biaya-biaya  standart.  Didalam  biaya standart, penyimpangan-penyimpangan pasti terjadi.  Dan  penyimpangan  tersebut harus dibudgettir dari jam-jam kerja standart yang dimasukkan  dalam  rencana laba tahunan.
3.  Penaksiran langsung oleh pengawas
Untuk melakukan penaksiran ini pengawas harus bertumpu pada:
a. Pertimbangan
b. Pelaksanaan oleh departemen yang dilaporkan dari priode berjalan
c. Bantuan dari pengawas.
4.  Taksiran-taksiran statistik oleh kelompok staf
Pendekatan ini sering digunakan untuk departemen  produksi  yang  menghasilkan  produk lebih dari satu Rasio historis jam kerja langsung terhadap sesuatu ukuran produksi fisik dihitung dan kemudian  disesuaikan  dengan  perobahan-perobahan yang direncanakan dalam pusat tanggung jawab  itu.  Kebenaran  perhitungan  ini tergantung  pada  kebenaran catatan-catatan biaya. Kelemahan metode ini ialah  pemborosan-pemborosan diwaktu lalu diproyektir kewaktu akan datang.
Dari   rancangan   diatas,   walaupun   suatu   metode    praktis    untuk    suatu departemen  belum  tentu  praktis  untuk  departemen  lain.  Jadi  prosedur-prosedur perlu   diperbaiki   terus   menerus   dan   prosedur   baru   yang   lebih   praktis   harus digunakan.

3. Tarif tenaga kerja langsung
Jika mungkin untuk mengaitkan jumlah produksi dengan jam kerja langsung dan terhadap rencana tarif upah untuk tiap departemen produksi, maka perhitungan biaya  kerja  langsung  hanya  menyangkut  perkalian  satuan  dengan  yang  lainnya. Dalam suatu perusahaan tertentu mungkin terdapat satu departemen  produksi  atau  lebih dimana pendekatan langsung ini lebih praktis penggunaannya.
Penentuan  tarif upah langsung rata-rata dalam suatu departemen produksi atau  pusat  biaya  tertentu biasanya tidak menimbulkan suatu problema yang gawat. Ancangan demikian yang dipilih menaksir tarif-tarif dengan jalan menghitung tenaga kerja langsung di departemen ini dan tarif upah mereka yang diharapkan. Kemudian menghitung rata-ratanya.
Suatu  pendekatan  yang  kurang  cermat  terhadap  suatu  penentuan  rasio historis antara upah yang dibayar dengan jam kerja langsung yang dikerjakan  di departemen produksi. Rasio historis ini kemudian disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang  telah  berubah  atau  memang diharapkan berubah. Perlu dipahami, bahwa upah rata-rata  yang  didasarkan  pada  data  historis  hanya  berguna  untuk  perencanaan  waktu yang akan datang apabila terdapat konsistensi-konsistensi dalam aktivitas dan jam-jam yang dikerjakan ditetapkan dengan tarif yang berbeda.
Dalam   beberapa   hal,   besar   departemen,   diversivitas   pekerjaannya,   dan variasi-variasi  dalam  upah  per  jam dapat berbeda, sehingga departemen ini harus dibagi lebih lanjut menjadi pusat-pusat biaya. Kemudian untuk rnasing-masing pusat biaya harus direncanakan taksiran kerja langsung dan tarifupah rata-rata tersendiri. Jika departemen akuntansi biaya menggunakan sistem harga pokok standart, maka  tarif  upah  standart  yang  digunakan untuk hal ini (penyusunan budget tenaga  kerja)  akan  tetapi  kita  perlu membudgetir selisih-selisih tarif upah tertentu antara kelonggaran-kelonggaran perencanaan budget.


Anggaran Penjualan

Anggaran Penjualan
Yakni merupakan skedul rinci yang memperlihatkan penjualan yang diharapkan untuk periode yang akan datang.  Anggaran penjualan berasal dari estimasi permintaan (dan kesanggupan untuk memasok) akan produk perusahaan pada harga tertentu.
Anggaran Penjualan meliputi anggaran tentang jenis produk yang akan dijual, volume produk yang akan dijual, harga perunit, waktu penjualan, dan daerah penjualan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Anggaran Penjualan :
  1. Faktor intern, yaitu factor-faktor dari dalam perusahaan, seperti :
    1. Penjualan tahun-tahun yang lalu
    2. Kebijakan perusahaan terkait masalah penjualan
    3. Kapasitas produksi dan kemungkinan perluasannya
    4. Tenaga kerja yang dimiliki
    5. Modal yang tersedia
    6. Fasilitas-fasilitas lainnya
Faktor Eksternal Perusahaan, yaitu :
    1. Persaingan
    2. Posisi perusahaan dalam persaingan
    3. Tingkat pertumbuhan penduduk
    4. Tingkat penghasilan masyarakat
    5. Faktor-faktor makro lainnya.

Contoh Kasus :
Anggaran Penjualan
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha industri garmen, akan merencanakan penjualan ke beberapa daerah secara kuartalan sebanyak 300.000 unit selama tahun 2012.
Berikut disajikan informasi berkenaan dengan rencana penjualan di atas, yakni sebagai berikut :
Rencana Penjualan selama 4 kwartal adalah sebagai berikut :
Kwartal I                      :  50.000 unit
Kwartal II                     :  80.000 unit
Kwartal III                    :  40.000 unit
Kwartal IV                   :  30.000 unit
Harga jual/unit           :  Rp. 2.000,-
Tagihan kas kwartal IV pada tahun sebelumnya (2011) adalah Rp. 14.000.000
Tagihan kas penjualan sebagai berikut : 60% ditagih dalam kwartal penjualan, sedangkan sisanya 40% ditagih pada kwartal berikutnya.
Penjualan pada kwartal IV terdapat sebanyak Rp. 15.000.000 yang tidak tertagih dan dimasukkan sebagai piutang usaha pada akhir periode tahun 2012

PT  Maju Terus
Anggaran Penjualan
31 Desember 2012

Kwartal
Keterangan I II III IV Tahun
Expektasi Penjualan 50000 80000 40000 30000 200.000
Harga Jual per Unit 2000 2000 2000 2000 2000
Jumlah Penjualan 100.000.000 160.000.000 80.000.000 60.000.000 400000.000
   
Skedul Ekspektasi Penagihan Kas
Piutang Usaha 14.000.000 14.000.000
Penjualan
  Kuartal I (100jt x
  60%, 40%) 60.000.000 40.00.000 100.000.000
  Kuartal II (160jt x
  60%, 40%) 96.000.000 64.000.000 160.000.000
  Kuartal III (80jt x
  60%, 40%) 48.000.000 32.000.000 80.000.000
  Kuartal IV (60jt x
  60%) 36.000.000 36.000.000
Jml Kas yg Ditagih 74.000.000 136.000.000 112.000.000 68.000.000  390.000.000


Anggaran Produksi

ANGGARAN PRODUKSI
 Anggaran produksi adalah perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya mengenai orang-orang, bahan-bahan, mesin – mesin, dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang pada suatu priode tertentu dimasa depan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau diramalkan.
Adapun tujuan dari perencanaan produksi adalah sebagai berikut :
a. Untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu, misalnya berapa hasil yang diproduksi supaya dapat dicapai tingkat keuntungan dengan persentase tertentu dari keuntungan setahun terhadap penjualan yang diinginkan.
b. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil perusahaan ini tetap mempunyai market share tertentu.
c. Untuk mengusahakan supaya perusahaan pabrik ini bekerja pada tingkat efisien tertentu.
d. Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan kerja yang sudah ada dapat sernakin berkembang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anggaran Produksi
Untuk dapat membuat suatu perencanaan yang baik haruslah diperhatikan masalah yang terdapat didalam perusahaan dan masalah-masalah yang datangnya dari luar perusahaan. Masalah tersebut seperti kapasitas mesin dan peralatan produktifitas, tenaga kerja, kemampuan pengadaan, dan penyediaan bahan baku yang merupakan variabel-variabel dibawah kekuasaan pimpinan perusahaan.
Sedangkan masalah yang datang dari luar perusahaan berupa kebijaksanaan pemerintah, inflasi, bencana alam, dan sebagainya. Selain dari masalah diatas, perlu juga dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Sifat dari proses produksi
b. Jenis dan mutu barang yang diproduksi
c. Jenis barang yang.diproduksi
Faktor-faktor Internal dan Eksternal dalam Penyusunan Budget Produksi
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada dalam perusahaan yang
mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan perusahaan :
a. Penjualan tahun lalu’bisajadi patokan
b. Kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan harga jual
c. Syarat pembayaran barang yang dijual
d. Pemilihan saluran distribusi
e. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan (Quantitatif atau Qualitatif)
f. Modal kerja yang dimiliki perusahaan (Current asset -Current liabilities)
g. Fasilitas yang dimiliki perusahaan
h. Kebijaksanaan perusahaan yang dimiliki perusahaan dibidang-bidang lain.
Faktor-faktor eksternal/ faktor luar perusahaan, tapi memiliki pengaruh
terhadap perusahaan :
a. Persaingan
b. Tingkat pertumbuhan penduduk
c. Tingkat penghasilan masyarakat
d. Tingkat pendidikan masyarakat
e. Tingkat penyebaran masyarakat
f. Agama, adat istiadat dan kebijaksanaan masyarakat
g. Kebijaksanaan pemerintah
h. Keadaaan perekonomian internasional maupun nasional dan kemajuan tehnologi.

KLIK KOLEKSI FILM SEMI KOREA YOUTUBE

Popular Posts

Powered by Blogger.